Kamis, 28 Februari 2013

bencana Banjir,Longsor


Bencana banjir dan tanah longsor di Manado, Sulawesi Utara, hingga saat ini telah menewaskan 15 orang.
Tim evakuasi gabungan pada hari Minggu menemukan lima jenazah di antara timbunan lumpur, seperti dilaporkan kantor berita Associated Press.Banjir di Manado merendam lebih dari 1.000 rumah akibat meluapnya sejumlah sungai setelah sungai selama beberapa jam.



Aparat setempat berusaha membawa traktor dan bulldozer ke lokasi bencana melalui jalan-jalan yang terendam. Ratusan polisi, tentara dan warga menggali timbunan tanah dengan tangan dan pacul.
Kapolda Sulawesi Utara Brigjen Pol. Dicky Atotot mengatakan tiga anak berusia antara 3 dan 10 tahun turut menjadi korban tewas. Sedangkan jumlah warga yang mengungsi mencapai 8.100 orang.
Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan longsor juga terjadi di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara pada hari Minggu (17/2). Korban meninggal dilaporkan mencapai tiga orang. Pengecekan terkendala jalan putus akibat longsor.

Senin, 28 Januari 2013

Banjir Jakarta

Sejak diumumkannya tanggap darurat pada 17 Januari lalu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyiapkan dana tanggap darurat Rp15,4 miliar untuk mengatasi banjir di Jakarta yang diprediksi masih akan mengancam wilayah ibu kota hingga Februari. Sedangkan untuk penanganan banjir di seluruh Indonesia dana yang dialokasikan adalah Rp200 miliar.
Hingga hari Sabtu (26/01) malam berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BNPB jumlah pengungsi akibat banjir yang terjadi di Jakarta masih ada 3.916 jiwa lagi.
Pengungsi ini tersebar di Jakarta Timur (80 jiwa), Jakarta Selatan (167 jiwa), Jakarta Barat (227 jiwa) dan Jakarta Utara (3.442 jiwa).
Meski pemprov mengklaim semua daya dan upaya dikerahkan untuk membantu para pengungsi, warga yang mengungsi di sebuah penampungan di kelurahan Petamburan, Jakarta Barat mengatakan distribusi bantuan yang mereka terima saat awal terjadinya banjir masih belum lancar.
“Saya belum kebagian makanan, tadi ada makanan tapi saya belum dapet,” kata Zainab pada BBC Indonesia yang berkunjung ke penampungan awal pekan lalu.
Keluhan mengenai makanan tidak hanya dialami oleh Zainab, sebagian besar pengungsi lain yang ditemui pun mengeluhkan hal serupa.
Koordinator penampungan mengakui mereka masih kekurangan makanan terutama makanan untuk bayi dan balita.
Hingga akhir pekan ini, tercatat setidaknya ada 20 orang yang meninggal dunia dalam musibah banjir di Jakarta.

Kemungkinan banjir

Tanggap darurat berakhir tepat di tanggal yang diprediksi BMKG akan menjadi puncak air laut pasang. Prakiraan menyatakan bahwa air laut pasang mulai pukul 05.00 hingga mencapai puncak pada pukul 08.00 – 10.00 setinggi 1 meter dari normalnya
Akan tetapi, berdasarkan analisa BNPB yang diumumkan pada Jumat (25/1), ini bukan pasang maksimum.
“Justru pada 24-25 Januari 2013 terjadi pasang maksimum mencapai 1,1 meter. Pada 26-28 Januari 2013 pasang berkisar 1 meter,” kata Sutopo.
Banjir besar seperti Februari 2007 memerlukan curah hujan dengan intensitas tinggi dan durasi panjang.
Pemicu banjir Jakarta 2007 adalah curah hujan yang ekstrem dan jauh di atas pola normal.
Fenomena hujan ekstrim saat itu adalah dampak dari perambatan cold surge (seruak dingin) dari Siberia dan adanya siklon tropis di selatan Indonesia atau sebelah utara Teluk Carpentaria Australia. Akibatnya massa uap air berlimpah dan hujan yang jatuh di wilayah Jakarta dan sekitarnya di atas normal.
Situasi diperburuk dengan pasang air laut sehingga banjir meluas.
Sedangkan saat ini tidak ada siklon tropis di selatan Indonesia dan indeks cold surge di Hong Kong tidak terdeteksi.
BMKG melaporkan bahwa selama 25-28 Januari 2013, curah hujan yang jatuh di Jakarta dominan berintensitas rendah hingga sedang sehingga peluang banjir besar hari ini terbilang kecil.
“Jika pun terjadi banjir hanya pengaruh dari rob atau genangan saja,” kata Sutopo.

Penanganan banjir

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan untuk mencegah banjir ia akan melakukan sejumlah program antara lain pembuatan 10.000 sumur resapan. Tetapi, Jokowi mengaku masih butuh waktu untuk pembangunan tersebut.
Ahli tata kota Yayat Supriatna menyatakan konsep pembangunan sumur resapan oleh Jokowi sebenarnya sudah pernah dilakukan di Jakarta tetapi pelaksanannya lemah karena tak ada sanksi bagi pemilik bangunan yang tidak menjalankannya.
"Selain itu kecil sekali kemampuannya untuk mengatasi kota yang bermasalah seperti Jakarta, sebuah kota yang rusak dan padat pendudukan yang berada pada dataran banjir," jelas Yayat.
Yayat menyatakan untuk menangani masalah banjir di Jakarta juga dibutuhkan perbaikan budaya, norma, dan keyakinan warga untuk memperbaiki kotanya.
Akhir pekan lalu, dalam rapat dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diputuskan untuk menjalankan sejumlah program penanganan banjir jangka pendek dan panjang, antara lain pekerjaaan di Sungai Ciliwung untuk dihubungkan dengan Banjir Kanal Timur, BKT, dengan target selesai pada 2014.
Perbaikan Waduk Pluit di Jakut juga menjadi salah satu rencana mendesak.
Pluit masih terendam banjir dengan ketinggian bervariasi antara 10 cm-70 cm.
Kondisi Waduk Pluit saat ini tidak lagi memadai untuk menampung air berkapasitas besar karena telah mengalami pendangkalan dan kini dalamnya hanya 2-3 meter saja, meski kedalaman ideal waduk adalah 10 meter.
Data Pemprov DKI menunjukkan ada 17 ribu jiwa tinggal di bantaran Waduk Pluit, padahal kehadiran rumah warga di bantaran waduk menghambat program pengerukan dan normalisasi.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dalam sebuah wawancara di televisi pada Kamis mengatakan jika terjadi hujan sangat deras dan Waduk Pluit jebol maka dampaknya akan sangat buruk.